Friday, September 14, 2007

Hadin di RS Harkit -main balon


Pagi pagi, 15 Februari 2007, di RS Harapan KIta, sambil menunggu Dr Ariono - Dokter Bedah, jadwal hari itu hadin mau di sirkumsisi alias disunat, sejak jam 4 pagi hadin sudah puasa, gak makan gak minum, ehh tiba2 jam 9.30 hadin minta nenen mama, aduuuhhh mama bingung dwehh.. , eh mama beliin balon aja yaaa... maafin mama yaaa nak..

Photo Ayah & Mama

Thursday, September 13, 2007

PUASA RAMADHAN 1428 H

Hari ini, 1 Ramadhan 1428 H bertepatan tanggal 13 September 2007, umat Islam seluruh dunia memulai puasa.
Niat sejak kemarin mama & ayah bermaafan, tapi semalam ayah bikin mama sebel. Pulang kantor, gak ajak mama shalat tarawih sama-sama, malah shalat sendirian. Mama ajak main hadin, sampai ketiduran, bangun jam 9 malam. Uuuuuhhh belum mandi, belum ganti baju, udah capek..
Akhirnya mama mandi juga deh, masak air dulu. Selsei mandi , ayah tidur. Udah deh males makan malam...cuma makan risoles beli di kantor...
Makan sahur, mandi shalat subuh, tiduran sebentar, ke kantor lagi.
Sebel sama ayahhhh..., tp gpp deh ... Bulan puasa kan gak boleh sebel.
Mama maafin deh yah, moga puasa kita di ridhai Allah swt Amiinn

Semua Ibu Pasti Bisa Menyusui

AnakHambatan muncul karena masih banyak fakta lain seputar ASI yang belum dipahami atau justru malah dilupakan. Berikut penjabaran Ketua SentraLaktasi Indonesia, dr. Utami Roesli, SpA, MBA.

* Semua ibu bisa menyusui.

Penelitian seorang dokter dari Swedia membuktikan bahwa begitu lahir, bayiyang ditaruh di perut ibunya dalam 50 menit akan bergerak ke arah payudaralalu mengisap puting susu dengan benar. Sebaliknya, dari kelompok bayi yang segera dimandikan setelah dilahirkan, baru kemudian dikembalikan kepada ibunya ternyata 50 %-nya tidak bisa mengisap dengan benar walaupun sudahdidekatkan ke payudara. Lebih menyedihkan lagi, kelompok bayi yangdimandikan dulu dan ibunya menjalani medicated labour (proses melahirkan yang disertai obat-obatan) tak satu pun dapat menyusu dengan benar.Jadi tanpa disadari dunia medis pun sebenarnya sudah melakukan intervensi sejak dini terhadap hubungan bayi dengan ASI. Buktinya, hampir semua rumahsakit dan klinik tempat bersalin akan memandikan bayi begitu dilahirkan,sebelum diberikan kepada ibunya. Jamak saja bila ibu yang baru pertama kalihendak menyusui akan bingung menghadapi bayinya yang juga bingung. Jika pengetahuan ibu tentang ASI tidak mendalam, maka ia akan cepat sekalimenyerah, bahkan berkesimpulan tidak dapat memberi ASI.

* ASI terhambat oleh stres

Nah, kalaupun ASI sampai tidak keluar umumnya hambatan yang terjadiberkaitan dengan faktor emosional ibu. Perlu diketahui, untuk bisa mengalirkan ASI, ibu membutuhkan refleks yang disebut let down reflex. Refleks ini sangat dipengaruhi kondisi emosi ibu. Walaupun produksi susunyabagus, tapi kalau refleks itu tak bisa dilepaskan, maka susu tidak akandialirkan dari pabrik susu (Alveoli) ke gudang susu (Sinus Lacteferous).Agar kondisi emosi ini baik, ibu yang hendak menyusui harus tenang danselalu berpikir positif.* ASI Umumnya tidak akan kurangASI tidak mungkin kurang karena produksi ASI sebenarnya disesuaikan dengan permintaan bayi (demand and supply). Rangsangan produksi ASI adalah pengosongan gudang susu. Di bawah areola ibu terdapat 2 buah jaringan, yang satu "pabrik" susu dan yang kedua sebut saja sebagai "gudang" susu. "Pabrik"akan terangsang untuk memproduksi susu kalau susu di "gudang" sudah habis."Misalnya, bayi menghabiskan 50 cc susu di "gudang", maka "pabrik" akanmemproduksi lagi 50 cc. Begitu seterusnya.Kalau sampai bayi kekurangan ASI biang keladinya tak lain cara menyusu yangsalah. Jadi, jika bayi harusnya memperoleh ASI sebanyak 100 cc, tapi karenacara menyusunya salah, maka yang didapat cuma 50 cc. Akibatnya "pabrik" puncuma memasok 50 cc. Faktor lain yang membuat bayi kekurangan ASI adalahintervensi ibu dengan memberinya susu formula.* Puting susu yang datar tetap bisa menyusuiSeringkali, puting susu yang datar/mendelep dianggap menghambat prosesmenyusui. Pendapat ini timbul karena banyak ibu menyamakan puting susunyadengan dot, lalu digunakanlah pemanjang puting.Namun, menurut Utami, pemanjang puting tidak akan banyak berguna. Dalamproses menyusui, sebenarnya yang menjadi dot bukan hanya puting susu, tapikeseluruhan areola (bagian kecokelatan pada payudara). Puting susu sendirihanya 1/3-nya. Jadi kalaupun puting susunya datar atau mendelep ia masihbisa menyusui karena masih ada 2/3 bagian lainnya. Lagi pula, setelah diisapbayi, puting susu yang datar biasanya akan menonjol keluar. Memang, ada puting yang benar-benar masuk dan terikat jaringan di dalamnya sehinggalubang susunya terbalik. Puting susu seperti ini jelas sulit diisap. Namun persentasenya hanya sekitar 1-2%.

* Payudara merupakan sumber makanan yang tidak henti-hentinya.

Jika payudara "dikelola" dengan benar, maka produksinya tidak akan berhenti.Cara pengelolaannya tak terlalu sulit, yaitu dengan selalu mengeluarkan ASI walau tidak diisap bayi. Jadi, bila karena suatu hal bayi tidak dapatmenyusu, misalnya lahir prematur, sakit atau ibu bekerja, ASI harus dikeluarkan dengan cara dipompa atau diperah. Proses ini tidak akan membuatASI habis, kecuali bila cara memompanya salah.Salah pompa sama kasusnya dengan posisi menyusui yang salah. Akibatnya ASIsama-sama tidak keluar atau hanya keluar sedikit. Jangan lupa, produksi ASIberlangsung dengan mekanisme demand and supply atau ada permintaan maka adapasokan. Kalau ASI hanya dikeluarkan 10 cc karena cara pompa yang salah,maka supply-nya pun tak beranjak dari jumlah itu. Inilah yang membuat banyakibu menyangka ASI-nya habis akibat dipompa.


* Tak perlu selalu memberi 2 sisi payudara setiap menyusui.
Memang tak ada salahnya untuk menawarkan sisi payudara yang belum diisap kepada bayi, dengan catatan jika ia menolak tak perlu dipaksa. Prinsipnya,biarkan bayi yang menentukan berapa lama ia menyusu. Kekhawatiran bahwamenyusu yang cuma sebentar tidak akan memenuhi kebutuhannya ternyata tidakberalasan.Dalam menyusui, pada isapan pertama bayi akan mendapat foremilk. Pada isapankedua, ia akan mendapatkan susu yang disebut hindmilk. Komposisi keduanyasangat berbeda. Foremilk lebih banyak mengandung air dan protein, sedangkanhindmilk banyak mengandung lemak dan karbohidrat yang berarti lebih kental.Memang, pada isapan pertama, bayi lebih banyak mendapat susu yang banyakmengandung air. Namun, kalau ia hanya sebentar saja menyusu, tak perlu kitakhawatir bahwa kebutuhannya tak terpenuhi. Bisa saja, kan, bayi hanya hausdan tidak lapar? Bukankah yang tahu lapar atau haus hanya ia sendiri? Jadibiarkan bayi yang memutuskan berapa lama ia menyusu. Jika haus ia akanmenyedot sebentar, tapi kalau memang lapar ia akan menyusu sampaimendapatkan hindmilk.* Pompa bisa bikin ASI terkontaminasiPompa berbentuk squeeze and bulb yang terbuat dari karet dan berbentuk bolatidak disarankan untuk digunakan karena mempunyai beberapa kekurangan: (1)Kurang steril karena bulb-nya sulit dibersihkan. Dengan demikian, ASI yangdipompa pun akan lebih mudah tercemar. (2) Bulb yang terbuat dari karet akanmenyulitkan pengukuran tekanan negatif yang diperlukan. (3) Bentuknya yangkaku dapat membuat payudara lecet. Malahan, cara menekan payudara yang tidakbenar bisa merusak jaringannya, sehingga ASI tidak banyak keluar.Pompa piston (dengan tuas piston yang dapat ditarik dan berbentuk sepertisuntikan) ataupun pompa elektrik lebih disarankan. Namun, yang paling baik,karena murah dan higienis, adalah memerah dengan jari. Cara ini lebihpraktis karena ibu tidak perlu membawa pompa ASI kemana-mana.
* ASI perah bisa tahan sampai 3 bulanASI yang sudah diperah tidak mudah basi.
Di udara terbuka saja ASI perahbisa tahan 6-8 jam. Bahkan bisa bertahan sampai 3 bulan jika disimpan dalamfreezer. Namun, cara penyimpanan di freezer tidak terlalu disarankan karenaASI akan mengalami perubahan jumlah imunoglobulin. Suhu yang dingin akanmerusak molekul protein yang berfungsi sebagai pembangun daya tahan tubuhitu.Lebih baik, masukkan ASI ke dalam termos atau lemari pendingin biasa karenaterbukti ASI perah tidak mengalami perubahan komposisi gizi sama sekali.Hanya mungkin warna dan bentuknya saja yang berubah. ASI dalam termos yangdiberi es batu kira-kira tahan 1x24 jam, sedangkan di lemari es bisa tahan2x24 jam.

* ASI yang sudah "habis" bisa dirangsang kembali.

Teknik ini disebut relaktasi. Seorang ibu yang sudah berhenti menyusui,secara teoritis bisa memberikan ASI eksklusif lagi apabila payudaranyadirangsang kembali. Caranya adalah dengan mengonsumsi obat-obatan yangmengandung oksitosin untuk merangsang produksi ASI plus penggunaan alatbantu.Alat bantu ini bisa berupa lactation aid yang terdiri atas botol plastikyang diisi ASI donor atau susu formula. Botol plastik tersebut akan ditaruhdengan mulut terbalik. Dari ujung tutup botol dialiri 2 buah selang kecilyang ditempelkan di kedua puting susu. Sehingga ketika bayi mengisappayudara, ia akan mendapat asupan susu dari botol. Isapan yang diterimapayudara sambil si bayi menyusu dari slang akan merangsang produksi ASI.
Sumber :Faras Handayani. Foto: Ferdi/nakita

Tuesday, May 22, 2007

9 RASA TAKUT DAN CARA MENGATASINYA

Wajar jika batita memiliki rasa takut. Bentuknya juga macam-macam. Yang jelas, bila ia tak dibantu mengatasi ketakutannya, bisa mengalami fobia. Ketakutan, kata dr. Ika Widyawati, SpKJ dari Bagian Psikiatri FKUI- RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, merupakan suatu keadaan alamiah yang membantu individu melindungi dirinya dari suatu bahaya sekaligus memberi pengalaman baru. Pada sejumlah batita, rasa takutnya masih sebatas pada hal-hal spesifik seperti takut pada anjing, gelap, atau bertemu orang asing.
Yang kerap terjadi, jelas psikiater ini, ketakutan anak justru muncul karena "ditularkan" orang tuanya. Karena takut pada sesuatu atau kondisi tertentu, "Tanpa sadar orang tua akan melarang anak dengan cara menakut-nakutinya." Misanya, "Awas ada kucing, nanti kamu dicakar!"
Akibatnya, anak merasa terancam alias tidak aman setiap kali melihat kucing. Padahal, umumnya kucing hanya akan marah dan mencakar jika diganggu.
Bentuk ekspresi ketakutan itu sendiri bisa macam-macam. Biasanya lewat tangisan, jeritan, bersembunyi atau tak mau lepas dari orang tuanya. Untungnya, seperti dijelaskan Ika, rasa takut ini akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. "Saat anak merasa aman dengan dirinya sendiri maupun lingkungannya, hilanglah rasa takut tadi. Tentu saja perlu dukungan orang tua."
Yang jadi masalah adalah bila rasa takut mengendap dan tak teratasi sehingga berpengaruh pada aktivitas sehari-hari anak. "Bahkan bisa mengarah jadi ketakutan yang bersifat patologis. Malah bisa fobia alias ketakutan berlebih karena pernah mengalami kejadian tertentu." Misalnya, gara-gara takut tikus, tiap kali melihat hewan itu, ia akan menjerit ketakutan. "Tapi umumnya jarang muncul pada anak batita, kok," jelas Ika.
Berikut 9 jenis rasa takut yang kerap dialami batita dan tips mengatasi yang diberikan Ika.
1. TAKUT BERPISAH (SEPARATION ANXIETY)
Anak cemas harus berpisah dengan orang terdekatnya. Terutama ibunya, yang selama 3 tahun pertama menjadi figur paling dekat. Figur ibu, tak selalu harus berarti ibu kandung, melainkan pengasuh, kakek-nenek, ayah, atau siapa saja yang memang dekat dengan anak.
Kelekatan anak dengan sosok ibu yang semula terasa amat kental, biasanya akan berkurang di tahun-tahun berikutnya. Bahkan di usia 2 tahunan, kala sudah bereksplorasi, anak akan melepaskan diri dari keterikatan dengan ibunya. Justru akan jadi masalah bila si ibu kelewat melindungi/overprotektif atau hobi mengatur segala hal, hingga tak bisa mempercayakan anaknya pada orang lain. Perlakuan semacam itu justru akan membuat kelekatan ibu-anak terus bertahan dan akhirnya menimbulkan kelekatan patologis sampai si anak besar. Akibatnya, anak tak mau sekolah, gampang nangis, dan sulit dibujuk saat ditinggal ibunya.Bahkan si ibu beranjak ke dapur atau ke kamar mandi pun, diikuti si anak terus. Repot, kan? Belum lagi ia jadi susah makan dan sulit tidur jika bukan dengan ibunya.
Cara Mengatasi:
Jelaskan pada si kecil, mengapa ibu harus pergi/bekerja. Begitu juga penjelasan tentang waktu meski anak usia ini belum sepenuhnya mengerti alias belum tahu persis kapan pagi, siang, sore, dan malam serta pengertian mengenai berapa lama masing-masing tenggang waktu tersebut. Akan sangat memudahkan bila orang tua menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Semisal, "Nanti, waktu kamu makan sore, Ibu sudah pulang." Jika tak bisa pulang sesuai waktu yang dijanjikan, beri tahu anak lewat telepon. Sebab, anak akan terus menunggu dan ini justru bisa menambah rasa takut anak. Ia akan terus cemas bertanya-tanya, kenapa sang ibu belum datang
2. TAKUT MASUK "SEKOLAH"
Bukan soal mudah melepas anak usia batita masuk playgroup. Sebab, ia harus beradaptasi dengan lingkungan barunya. Padahal, tak semua anak bisa gampang beradaptasi. Dari pihak orang tua, tidak sedikit pula yang justru tak rela melepas anaknya "sekolah" karena khawatir anaknya terjatuh kala bermain atau didorong temannya.
Cara Mengatasi:
Orang tua tetap perlu mengantar anak ke "sekolah" karena ini menyangkut soal pembiasaan. Kalaupun di hari-hari berikutnya ada sekolah-sekolah yang bersikap tegas hanya membolehkan orang tua menunggu di luar, sampaikan informasi ini pada anak. Guru pun harus bisa menarik perhatian anak agar tidak terfokus pada ketiadaan pendampingan orang tuanya dengan bermain. Di saat asyik bermain dengan teman-temannya niscaya ia akan lupa.
3. TAKUT PADA ORANG ASING
Di usia-usia awal, anak memang mau digendong/dekat dengan siapa saja. Namun di usia 8-9 bulan biasanya mulai muncul ketakutan atau sikap menjaga jarak pada orang yang belum begitu dikenalnya. Ini normal karena anak sudah mengerti/mengenali orang. Ia mulai sadar, mana orang tuanya dan mana orang lain yang jarang dilihatnya.
Cara Mengatasi
Di usia batita seharusnya rasa takut pada orang asing sudah mulai berangsur hilang karena, toh, ia sudah bereksplorasi. Semestinya anak sudah memperoleh cukup pengetahuan untuk menyadari bahwa tak semua orang asing/yang belum begitu dikenalnya merupakan ancaman baginya.
Biasanya, justru karena orang tua kerap menakut-nakuti, sehingga anak bersikap seperti itu. "Awas, jangan deket-deket sama orang yang belum
kamu kenal. Nanti diculik, lo!" Memang boleh-boleh saja orang tua menasehati anak untuk berhati-hati/bersikap waspada pada orang asing, tapi sewajarnya saja dan bukan dengan cara menakutnakutinya.
4.TAKUT PADA DOKTER
Mungkin pernah mengalami hal tak mengenakkan seperti disuntik, anak jadi takut pada sosok tertentu. Belum lagi kalau orang tua rajin "mengancam" setiap kali anak dianggap nakal. "Nanti disuntik Bu Dokter, lo, kalau makannya enggak habis!" atau "Nanti Mama bilangin Pak Satpam, ya!
Cara Mengatasi:
Izinkan anak membawa benda atau mainan kesayangannya saat datang ke dokter sehingga ia merasa aman dan nyaman. Di rumah, orang tua bisa membantunya dengan menyediakan mainan berupa perangkat dokter-dokteran. Biarkan anak menjalani peran dokter dengan boneka sebagai pasiennya. Secara berkala ajak anak ke dokter gigi untuk menjaga kesehatan giginya. Tak ada salahnya juga mengajak dia saat orang tua atau kakak/adiknya berobat gigi. Dengan begitu anak memperoleh infomasi bagaimana dan ke mana ia harus pergi untuk menjaga kesehatan giginya. Lambat laun ketakutannya pada sosok dokter justru berganti menjadi kekaguman.
5. TAKUT HANTU
"Hi, di situ ada hantunya. Ayo, jangan main di situ!" Gara-gara sering diancam dan ditakuti seperti itu, batita yang sebetulnya belum mengerti sama sekali tentang hantu, jadi tahu dan takut. Bisa juga karena ia menonton film horor di televisi.
Cara Mengatasi:
Jauhkan anak dari tontonan tentang hantu. Orang tua pun seyogyanya jangan pernah menakut-nakuti anak hanya demi kepentingannya. Bisa pula dengan membelikan buku-buku cerita atau tontonan anak mengenai karakter hantu atau penyihir yang baik hati.
6. TAKUT GELAP
Biasanya juga gara-gara orang tua. "Mama takut, ah. Lihat, deh, gelap, kan?" Takut pada gelap bisa juga karena anak pernah dihukum dengan dikurung di ruang gelap. Bila pengalaman pahit itu begitu membekas, bukan tidak mungkin rasa takutnya akan menetap sampai usia dewasa. Semisal keluar keringat dingin atau malah jadi sesak napas setiap kali berada di ruang gelap atau menjerit-jerit kala listrik mendadak padam.
Cara Mengatasi:
Saat tidur malam, jangan biarkan kamarnya dalam keadaan gelap gulita. Paling tidak, biarkan lampu tidur yang redup tetap menyala. Cara lain, biarkan boneka atau benda kesayangannya tetap menemaninya, seolah bertindak sebagai penjaganya hingga anak tak perlu takut.
7. TAKUT BERENANG
Sangat jarang anak usia batita takut air. Kecuali kalau dia pernah mengalami hal tak mengenakkan semisal tersedak atau malah nyaris tenggelam saat berenang hingga hidungnya banyak kemasukan air.
Cara Mengatasi:
Lakukan pembiasaan secara bertahap. Semisal, awalnya biarkan anak sekadar merendam kakinya atau menciprat-cipratkan air di kolam mainan sambil tetap mengenakan pakaian renang. Bisa juga dengan memasukkan anak ke klub renang yang ditangani ahlinya. Atau dengan sering mengajaknya berenang bersama dengan saudara/teman-teman seusianya. Tentu saja sambil terus didampingi dan dibangun keyakinan dirinya bahwa berenang sungguh menyenangkan, hingga tak perlu takut. Kalaupun anak tetap takut, jangan pernah memaksa apalagi memarahi atau melecehkan rasa takutnya. Semisal, "Payah, ah! Berenang, kok, takut!"
8. TAKUT SERANGGA
Tak sedikit anak yang takut pada jangkrik, kecoa atau serangga terbang lainnya. Sebetulnya ini wajar, hingga orang tua jangan tambah menakut-nakutinya, "Awas, nanti ada kecoa, lo." Hendaknya justru bisa memahami karena anak usia ini mungkin saja menemukan banyak hal yang dapat membuatnya takut.
Cara Mengatasi:
Boleh saja orang tua memberi pengenalan tentang alam binatang pada anak. Tak perlu kelewat detail seperti halnya profesor memberi kuliah. Tugas orang tua sebatas memahami ketakutan anak sekaligus membantunya merasa aman. Boleh saja katakan, "Ayah tahu kamu takut jangkrik." Cukup segitu dan jangan paksa anak berada terus-menerus dalam pembicaraan mengenai rasa takutnya. Jangan pula memaksa anak bersikap sok berani menghadapi ketakutannya. "Belum saatnya mencobakan anak melihat atau malah menyentuhkan serangga yang ditakutinya. Ini hanya akan membuat anak semakin takut." Bila dipaksakan terus, anak malah bisa fobia pada serangga. Biarkan anak tertarik dengan sendirinya dan biasanya ini terjadi setelah anak berusia 2 tahunan. Jika anak memang takut kala ada serangga yang terbang di dekatnya, bantulah untuk mengusirnya bersama
9. TAKUT ANJING
Wajar anak batita takut anjing mengingat penampilan binatang ini memang terkesan galak dengan gonggongan dan tampang yang garang. Belum lagi kebiasaannya suka melompat, menjilat atau malah mengejar. Tugas orang tualah untuk memahami sekaligus membantu anak mengatasi ketakutannya.
Cara Mengatasi:
Tak harus memaksa anak memelihara anjing atau mendorong anak menghadapi rasa takutnya dengan terus-menerus memberi 'ceramah', semisal "Ngapain, sih, takut sama anjing. Anjingnya, kan, baik." Menihilkan ketakutan anak justru akan membuat anak semakin takut dan bukan tidak mungkin akhirnya malah berkembang jadi fobia yang sulit diatasi.
Bila anak memang takut dan ketika berjalan bertemu anjing, pegangi tangannya untuk meyakinkannya ia bisa aman melewati binatang yang ditakutinya bersama orang tuanya. Jangan lupa untuk tetap menjaga jarak aman dari temperamen binatang yang relatif sulit diduga. Bisa juga dengan menunjukkan keakraban antara anjing sebagai hewan peliharaan dengan majikannya lewat cerita/dongeng. Atau kenalkan pada anjing tetangga dan tak ada salahnya meminta si pemilik memperlihatkan bagaimana menjalin keakraban dengan anjingnya tanpa harus merasa takut.
Dedeh Kurniasih.Foto: Iman Dharma (nakita)

3 MANFAAT SUKA MENJATUHKAN BENDA

Tiap batita akan melalui fase hobi menjatuh-jatuhkan benda. Mengapa batita suka sekali pada aktivitas ini? Sensasi apa, sih, yang dirasakannya saat melihat benda yang dipegangnya jatuh?Sampai pegal rasanya menemani Reno bermain. Maklum, si kecil yang baru saja menginjak usia 1 tahun ini lagi suka-sukanya menjatuhkan barang apa pun yang dipegangnya. Setelah diambilkan, benda tersebut akan dijatuhkannya lagi, begitu terus sampai yang menemaninya bermain bosan karena berulang kali harus membungkuk mengambilkan benda yang ia jatuhkan. "Tiap batita akan mengalami fase ini, walaupun waktu mulainya tidak harus persis sama. Tapi yang jelas tahapan ini akan dilalui di usia batita awal," ujar Vera Itabiliana, Psi., dari Yayasan Pembina Pendidikan Adik Irma, Jakarta.
Meski tiap anak batita pasti melewati tahap ini, tapi durasinya bisa berbeda-beda pada tiap anak. "Ada yang melaluinya dalam jangka waktu sebentar saja, tapi ada juga yang sedikit lebih lama." Yang justru perlu diwaspadai adalah bila sampai berusia 1 tahun, kemampuan menggenggam sebagai awal fase menjatuhkan belum terlihat berkembang. "Untuk melatihnya, berikan anak benda-benda yang menarik untuk diraih dan digenggam sebagai sarana latihannya," saran Vera. Selain itu orang tua juga bisa memberikan contoh bagaimana menggenggam dan kemudian menjatuhkan benda tersebut agar anak bisa merasakan sensasi yang didapat.
EKSPLORASI INDRA
Sensasi apa sebenarnya yang dirasakan batita saat menjatuh-jatuhkan barang? "Yang paling menarik buat anak adalah suara yang ditimbulkan benda jatuh tersebut," tutur Vera. Bisa suara gemerincing mainan, kaleng, atau bahkan suara barang pecah. Di usia ini indra anak sedang dalam tahap eksplorasi besar-besaran. Saat melakukan aktivitas tersebut, anak akan menemukan fenomena yang menarik. Di antaranya indra pendengaran akan menangkap bunyi benda jatuh. Indra penglihatannya akan menangkap benda bergerak dari atas ke bawah. Sementara indra perabanya akan merasakan benda yang tadinya ada di tangan kemudian terlepas. Dari hal-hal itulah anak akan belajar bahwa yang ia lakukan sendiri bisa menimbulkan sesuatu yang menyenangkan.

BANYAK MANFAAT
Karena dilakukan terus-menerus, sering kali orang dewasa yang menemani si batita bermain jadi bosan karena harus bolak-balik mengambilkan benda yang dijatuhkannya. "Padahal banyak sekali manfaat yang bisa didapat anak saat melakukan kegiatan tersebut. Lewat fase ini sebenarnya anak melatih keterampilan tangannya. Anak belajar mengkoordinasikan dan mengarahkan gerakan tangannya untuk tujuan tertentu," papar Vera. Fase ini biasanya mengikuti fase belajar menggenggam lalu disusul dengan keterampilan melempar-lempar bola. Selain keterampilan tangan, ada 3 kemampuan lain yang sedang dikembangkan batita melalui fase ini, yaitu: o Mengembangkan persepsi tentang ruang. Di sini anak mulai mengenali posisi atas dan bawah meski mereka belum punya kemampuan berbahasa untuk memberikan label mana atas dan mana bawah. o Belajar hubungan sebab akibat. Anak belajar bahwa sesuatu yang ia lakukan dapat menyebabkan sesuatu kejadian yang menyenangkan, seperti bunyi jatuh, perilaku "lucu" ayah atau ibu ketika mengambilkan benda yang jatuh dan sebagainya. Karena kegiatan ini menyenangkannya, ia akan cenderung melakukannya berulang-ulang. o Mengembangkan kemampuan merencanakan dan menentukan tujuan. Pertama kali menjatuhkan benda mungkin tidak disengaja. Namun setelah mendengar dan melihat reaksi yang dihasilkan dari benda-benda yang jatuh, anak akan merasakan sensasi dan kemudian mengulanginya. Selanjutnya tindakan menjatuhkan benda menjadi tindakan yang sengaja dilakukannya. Ini dapat diartikan, anak sudah mengembangkan kemampuan berpikir dan merencanakan melakukan sesuatu demi tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah mendapatkan sensasi bunyi dan gerak benda jatuh.
7 STIMULUS YANG TEPAT
Tiap tahapan yang dilalui anak akan mendatangkan manfaat. Tentu saja selama orang tua dapat memberikan stimulus yang tepat. Yang penting bagi orang tua adalah betapapun "menyebalkannya" perilaku anak saat getol-getolnya menjatuhkan benda, harus diingat bahwa hal ini merupakan fase belajar bagi anak. Jadi, cobalah memanfaatkan momen ini untuk mengembangkan kemampuannya dengan 7 bentuk stimulus berikut:
  1. Berikan benda/mainan yang aman untuk dijatuhkan, misalnya yang terbuat dari plastik, seperti sendok, mangkuk kecil, dan sejenisnya.
  2. Usahakan memberikan berbagai benda yang menghasilkan beragam suara saat jatuh. Dengan demikian stimulus pendengaran anak pun jadi lebih kaya. Ia akan belajar bahwa ada macam-macam bunyi dari benda yang berlainan.
  3. Orang tua harus ikut terlibat dalam aktivitas ini. Jadi, jangan puas hanya sekadar jadi "tukang mengambilkan" benda yang dijatuhkan si batita. Keterlibatan ini sangat bermanfaat untuk membantu proses belajar anak. Untuk mengenalkan konsep ruang, misalnya, katakan "Ya... sendoknya jatuh deh ke lantai." Jadi tidak sekadar mengambilkan benda yang dijatuhkan anak dan memberikannya kembali tanpa komentar apa pun.
  4. Selain mengajarkan konsep ruang, orang tua juga bisa mengajarkan nama-nama benda kepada anak. Contohnya saat anak menjatuhkan bola, mainan, buku dan sebagainya, sebutkan nama benda-benda tersebut. Makin sering benda itu dijatuhkan maka makin sering namanya diulang-diulang, hingga dengan sendirinya anak akan mengenali apa nama benda yang dijatuhkannya itu.
  5. Berikan anak sejumlah barang untuk dijatuhkan. Setelah barangnya habis (sudah jatuh semua) atau ketika orang tua merasa lelah atau dirasa aktivitas tersebut sudah berlebihan, hentikan. Caranya dengan mengalihkan perhatiannya ke aktivitas lain seperti memukul-mukul kaleng yang juga menimbulkan sensasi bunyi. Jadi, jangan hanya meminta anak untuk menghentikan aktivitasnya begitu saja tanpa ada pengganti.
  6. Orang tua juga dapat memberikan bola untuk digenggam dan digelindingkan karena fase menjatuhkan ini akan berkembang menjadi kemampuan melempar atau menggelindingkan. Walaupun kemampuan anak belum sampai tahap ini, sebaiknya orang tua berusaha untuk selalu berada satu langkah di depan kemampuan anak, agar ia tetap terstimulus untuk terus mengembangkan kemampuannya.
  7. Selama melakukan proses belajar, sebaiknya anak tidak ditekan dengan stimulasi yang berlebihan ataupun sebaliknya dihentikan dari kegiatannya dengan alasan apa pun. Memang, akan sangat melelahkan dan bisa menyulut frustrasi, tapi ingat banyak hal yang sedang dikembangkan anak melalui tahapan ini.
UNGKAPAN RASA MARAH
Yang justru perlu diwaspadai adalah ketika aktivitas menjatuh-jatuhkan benda masih terlihat dominan selepas anak berusia 3 tahun. Lain hal jika anak memang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik atau cacat fisik. Sebab selepas usia ini, tukas Vera, tahapan tersebut harusnya sudah terlewati. Amati dengan jeli apakah aktivitas menjatuhkan benda-benda ini bertujuan untuk menarik perhatian atau sebagai pelampiasan rasa marah. Jika benar demikian, maka orang tua harus segera mengatasinya. "Kalau sebagai luapan rasa marah, orang tua perlu menenangkan anak dan memberi contoh bagaimana mengekspresikan rasa marah dengan tepat. Tentu saja bukan dengan menjatuh-jatuhkan barang secara sengaja," saran Vera.
Marfuah Panji Astuti

Mendidik Agar Mandiri

KEMANDIRIAN anak harus dibina sejak dini. Beberapa hal di bawah ini perlu diperhatikan orang tua yang menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi mandiri.

1. Tumbuhkan rasa percaya diri.
Rasa percaya diri memegang peranan penting. Rasa itu dapat tumbuh jika anak diberi kepercayaan untuk melakukan hal yang ia mampu kerjakan sendiri. Misalnya, saat bayi sudah bisa memegang botol sendiri, bantu dia supaya benar-benar bisa melakukan.

2. Pahami risiko anak belajar.
Jangan takut rumah kotor. Itu risiko yang harus dihadapi saat anak belajar makan atau berjalan. Plastik besar yang diletakkan di bawah meja makan dapat memudahkan Anda saat akan melakukan pembersihan.

3. Beri kepercayaan
Hal terbesar yang dapat menghambat rasa percaya diri pada anak adalah kekhawatiran dan ketakutan orang tua. Perasaan takut dan khawatir sering kali membuat orang tua mengerjakan pekerjaan anak yang sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri. Jika menginginkan anak Anda mandiri maka konsekuensinya harus benar-benar memberi kepercayaan. Tentu saja, semuanya sesuai dengan ukuran usia.

4. Komunikasi terbuka
Sediakan waktu untuk berkomunikasi secara terbuka. Bila anak Anda tertutup, pancing dengan pertanyaan ringan tentang kegiatannya hari itu. Jangan langsung melarang bila Anda tidak setuju dengan kegiatannya. Tanyakan dulu apa alasan si anak. Kalau buah hati bertanya tentang suatu hal, beri penjelasan yang mudah dimengerti.

5. Kebiasaan
Salah satu peranan orang tua dalam kehidupan sehari-hari adalah membentuk kebiasaan. Kalau anak sudah terbiasa dimanja dan selalu dilayani, ia akan menjadi anak yang selalu tergantung kepada orang lain.

6. Disiplin
Kemandirian berkaitan erat dengan disiplin. Sebelum seorang anak dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, ia terlebih dahulu harus didisiplinkan oleh orang tuanya. Syarat utama dalam hal ini adalah pengawasan dan bimbingan yang konsisten dan konsekuen. Jika Anda bekerja, yakini betul bahwa pengasuh anak konsisten dan terampil dalam memberlakukan disiplin belajar yang Anda terapkan.

7. Jangan terus ‘menyuapi’.
Memberikan tambahan kursus belajar tambahan bukan cara yang tepat untuk mendidik anak. Guru les biasanya punya kecenderungan untuk terus ‘menyuapi’ muridnya. Ingatlah, disiplin belajar harus dimulai dari rumah
.

Perkembangan Emosi Balita

Bertambah usia anak, semakin beragam reaksi emosinya. Kalau Anda tepat menyikapi gejolak emosinya, akan tumbuh kematangan anak dalam mengekspresikan berbagai emosinya.

Emosi manusia mengalami perkembangan yang dimulai sejak lahir hingga dewasa. Dengan bertambahnya usia anak, reaksi emosinya pun akan semakin beragam. Tak sulit bagi orang tua untuk mengenali berbagai reaksi emosi anak ini. Tapi, yang paling penting adalah menyikapi emosi anak dengan tepat. Kita semua, tentunya, ingin menumbuhkan kematangan si kecil dalam mengekspresikan berbagai emosinya. Bagaimana caranya?

Ekspresi emosi terus berkembang
Erik H. Erikson , tokoh perkembangan psikososial masyhur kelahiran Jerman, merumuskan tahap perkembangan emosi manusia yang disebutnya krisis psychosocial, dari lahir hingga dewasa. Dalam artikel ini dibahas tahap perkembangan emosi anak sampai usia lima tahun.

Menumbuhkan rasa percaya
Masa ini terjadi sejak bayi hingga kira-kira usia dua tahun. Anak usia ini bila dirawat dengan penuh cinta, akan tumbuh dengan rasa percaya diri dan optimis.
Dari bayi hingga usia satu tahun, anak mengalami proses kematangan emosi tertentu. Ekspresi positif, misalnya, ia munculkan melalui senyum. Menjelang tahun kedua usianya, anak sadar bahwa senyumnya dapat membuat orang lain di sekitarnya merasa gembira. Sebaliknya, si kecil pun paham bahwa dengan menangis ia dapat mengendalikan orang di sekitarnya.
Masalah emosi yang bisa muncul pada anak usia ini adalah takut gelap, takut orang asing, takut sendiri, dan takut suara keras. Orang tua amat berperan dalam mengelola problema ini. Anak yang selalu memperoleh rasa aman, ditenangkan dan tidak ditakut-takuti, dengan sendirinya akan lebih mudah mengatasi rasa takutnya. Ia akan lebih mandiri.

Belajar mandiri
Proses mulai belajar mandiri terjadi di usia 18 bulan hingga empat tahun. Anak usia ini sebenarnya berada pada awal krisis emosi. Ia cenderung tantrum , kemauannya tak terbantahkan, bandel dan keras kepala. Karena itu, kita sering dengar istilah terrible two's . (sambung dengan yang di bawah)Semua itu terjadi karena sebenarnya anak seusia ini penuh spontanitas. Ia akan cenderung mengekspresikan perasaannya seketika itu juga..
Masalah emosi yang bisa muncul pada anak usia ini adalah takut berpisah, gerakan yang tiba-tiba, bunyi-bunyian asing serta ketakutan yang terjadi hanya pada malam hari. Kunci permasalahan pada tahap ini ialah belajar mengelola perasaan dan spontanitas, tanpa menghilangkannya sama sekali.

Belajar berinisiatif
Masa ini terjadi di usia sekitar tiga hingga lima tahun. Bila pada usia-usia sebelumnya reaksi emosi anak ditangani dengan baik, ia akan mengembangkan kemampuan berimajinasi atau berfantasi dengan sehat pula. Ia juga akan mampu bekerja sama dengan orang lain dalam jangka waktu lama, serta dapat memimpin dan mengikuti pemimpin. Tetapi di usia ini anak juga mengalami ketakutan, tergantung pada teman sekelompoknya, dan masih terlalu tergantung pada orang dewasa.
Anak usia ini paham bahwa dorongan-dorongan emosinya memiliki konsekuensi. Kalau ia mengatakan, “Aku benci kamu!” Ia akan mengaitkan kata-katanya tadi dengan wajah sedih yang ditampilkan lawan bicaranya.
Ini memberinya kemampuan untuk merencanakan dan mengantisipasi.Ia mampu memisahkan mana perasaannya, mana perasaan orang lain, dan dampaknya terhadap perasaannya sendiri.
Masalah emosi yang bisa muncul pada usia-usia ini adalah fobia, mimpi buruk, gangguan pada bicara, mengompol, takut binatang, membayangkan monster dan takut terluka.

Mendukung perkembangan emosi anak
Si kecil butuh dukungan bagi perkembangan emosinya. Lima prinsip berikut ini perlu diketahui orang tua untuk mengembangkan emosi anak, yaitu:

Tetapkan waktu bermain setiap hari dengan anak .

Beri kesempatan pada anak untuk menentukan apa yang ingin ia lakukan bersama Anda. Tempatkan anak pada posisi pemimpin dan Anda pada posisi yang dipimpin.

Luangkan waktu untuk memecahkan masalah bersama anak .

Ketika anak merasa sedih karena tidak diajak bermain oleh temannya, bantu anak mencari penyebabnya, kemudian cari bersama pemecahannya. Acara semacam ini membantu anak belajar berpikir logis dalam mengatasi masalah emosinya, dan menumbuhkan kemampuannya untuk mengantisipasi, serta berkesempatan mengatasi masalah emosinya sendiri.

Melihat masalah dari sudut pandang anak .

Kalau kita sungguh-sungguh mendengarkan dan berempati terhadap anak, kita dapat memahami alasan anak melakukan segala sesuatu. Misalnya, saat si kecil mengamuk, Anda perlu mendengarkan alasan mengapa ia melakukan hal itu. Saat Anda paham betul perasaan si kecil, Anda mungkin sekalki tidak akan ikut-ikutan marah

Minimalkan masalah .

Saat si kecil merasa jengkel karena gagal menyusun balok menjadi bentuk gedung yang ia inginkan, misalnya, Anda dapat menunjukkan penyebab kegagalannya.

Berikan batasan. Batasan memberi bimbingan dan rasa aman kepada anak. Menetapkan batasan dapat dikombinasi dengan waktu bermain bersama anak, khususnya ketika anak menunjukkan perilaku buruk.

Immanuella F. Rachmani

Cara Tepat Hadapi Gejolak Emosi Anak

• Latih anak usia dua tahun untuk berbicara dengan baik. Kalau anak berteriak, “Minum lagi! Mana jusnya yang tadi?” Anda dapat mencontohkan, “Saya masih haus. Minta jusnya lagi, boleh?”
• Bila anak tantrum , tetaplah tenang, hindari berteriak ke arah anak, bicara dengan lembut, kemudian peluklah anak.
• Bila anak takut pada bunyi-bunyian, misalnya bunyi blender atau bunyi vacuum cleaner , ajak anak mencari sumber suara. Tetap peluk anak. Tunjukkan padanya bahwa sumber suara tidak berbahaya bagi siapa pun. Cara ini mengajar anak mengenali sumber ketakutannya. Hindari menakut-nakuti anak, karena anak tidak akan pernah belajar mengatasi rasa takutnya.
• Kegembiraan si kecil berkait erat dengan aktivitasnya. Sediakan pasir, tanah, air dan lempung. Anak-anak sangat menyukai bermain kotor dan belajar sesuatu yang luar biasa dengan mencampur, mengaduk dan membentuk.

Wednesday, May 2, 2007

3 Aspek Yang Perlu Diperhatikan Orang Tua Dalam Rangka Mengamati Perkembangan Bicara Anak

Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan orang tua dalam rangka mengamati perkembangan bicara anak.

1. Aspek Semantik (arti bahasa).
Bila seorang anak akan mengatakan atau memahami sesuatu, ia harusmempunyai daftar kata-kata atau vokabulari yang cukup memadai, yang dengankata lain kita bisa mengatakan bahwa:
- si anak mempunyai cukup kata-kata agar bisa memproduksi dan memahami(bahasa aktif dan pasif);
- menemukan kata-kata yang tepat (memanggil kata dari daftar memori);
- memahami apa yang diucapkan (pengertian kalimat). Seorang anak kecil belajar berbicara mula-mula adalah dengan caramenunjuk berbagai benda-benda yang ada di sekitarnya atau kata kerja yangharus digunakannya. Menunjuk benda-benda yang dapat dilihatnya (kursi, meja,makan, boneka dlsb), atau kata yang dapatmenunjukkan pada pengertian tempat "disini" atau "sekarang". Daftar kata-kata ini akan segera meningkat tanpa batas.Namun bisa diperkirakan bahwa seorang anak pada usia dua tahun setidaknyamemerlukan 270 kata, 900 kata di usianya yang ketiga, dan sekitar 2500 hingga 4000 kata di usianya yang ke enam. Walau begitu seorang anaksebetulnya mempunyai lebih banyak lagi kata-kata(daftar kata-kata yang pasif) daripada yang bisa ia produksi (sebagai daftarkata aktif). Daftar kata pasif seorang anak berusia enam tahun bisa dua kalilipat banyaknya dibanding dengan daftar kata aktif yang dimilikinya. Dengankata lain anak berusia tiga hingga lima tahun akan mengalami kesulitanmemanggil kata-kata yang berada di dalam memorinya; seringkali sulitmenggunakan kata pada tempat dan waktu yang tepat. Kadang terjadi seoranganak akanmembuat kata-kata sendiri (neologis), atau bicaranya kacau,sepotong-sepotong, dan diulang-ulang.

2. Pembentukan bahasa.
Bagaimana sebuah kata atau kalimat dibentuk?
Aspek pembentukan katadan kalimat akan menyangkut pada tiga bagian aspek yaitu:

a. aspek fonologis.
Anak kita harus bisa belajar menggunakan dan mengucapkan bunyiandengan cara yang benar. Artinya bahwa bicara mempunyai kaitan dengan aspekfonologis ini. Bila seorang anak mengalami gangguan fonologis ini, makakelak ia akan mengalami masalah dalam bahasa dan bicara. Di usia kira-kiralima bulan, refleks oral (mulut) seperti misalnya refleks menghisap (untukmenyusu) akan hilang, berganti dengan gerakan-gerakan yang baik denganlidahnya,bibirnya, suara decak halus, rahang bawah, dan tenggorokan. Ia juga belajarmembedakan bunyian dan mengingatnya sebagai bunyian tertentu. Apabila iamendenger bunyian itu kembali, maka ia bisa mengenalnya kembali, sertamenggunakannya untuk tujuan tertentu.Pada akhirnya kemudian ia bisa berbicara dengan tujuan tertentu: misalnya mengucapkan kata mama akan berbeda artinya jika mengucapkan maem atau makan.Pada akhir tahun pertama umumnya anak-anak mempelajari bunyian dengan polabunyian yang sama. Pada akhir tahun kedua ia mulai bisa mengucapkankata-kata berupa beberapa suku katadengan baik karena kontrol otot-otot sudah semakin baik, yaitu otot lidah,bibir dan langit-langit. Dan juga ia sudah mampu mendengarkan dengan baik.Tinggal beberapa kata seperti s/l/r/ barulah akan dikuasai dengan baik diusianya yang kelima atau keenam. Sekalipun seorang anak bisa mengucapkan bunyian dengan baik, bukanberarti ia akan bisa juga dengan baik mengucapkan kata-kata. Ia masih harusbelajar lebih banyak lagi untuk mengucapkan kata-kata dengan baik, sehinggatidak meletakkan bunyian itu di tempat yang salah. Misalnya pabrikmenjadi perabik. Lokomotip menjadi molokotip. Baru pada usia enam tahun,kita boleh mengharapkan bahwa seorang anak haruslah sudah bisa dengan baikmengucapkan urutan bunyian itu dengan benar, menjadi sebuah kata yangmempunyai makna.
b. aspek morfologis
Dengan cara yang tepat anak mempelajari sebuah kata dan mengubahnyadengan cara yang benar, yaitu:

- penggunaan kata-kata jamak

- penggunaan awalan dan imbuhan- penggunaan kata yang memberi penjelasan pertambahan dan perbedaan

- penggunaan kata kerjaPada anak usia empat tahun biasanya sudah bisa menggunakan bentuk kata jamaksecara baik tanpa kesalahan, penggunaan imbuhan, pertambahan – perbedaan,dan kata kerja.

c. aspek sintaksis

Dalam fase ini anak akan belajar membangun kalimat dengan baik.- ia akan berbicara dengan urutan kata-kata secara benar dalam sebuahkalimat- kalimat dalam bentuk lengkap, dan tidak ada kata yang tertinggal- ia memahami berbagai perbedaan muatan kalimat misalnya kalimatbertanya, kalimat berempati, kalimat mengharap, atau kalimat menyangkal. Anak yang mengalami masalah dalam siktaksis akan berkata misalnya:"Kabel sudah telepon rusak", yang seharusnya diucapkan: "Kabel teleponsudah rusak." Atau "Mau minum." Seharusnya: "Saya mau minum."

3. Penggunaan bahasa, aspek pragmatik .
Dalam hal ini si anak akan menggunakan bahasa dalam konteks yang tepat dan untuk apa. Beberapa contoh yang berkaitan dengan aspek pragmatik:- Bila ada seseorang tengah berbicara, maka ia tidak akan berbicarasecara bersamaan, tetapi menunggu seseorang tadi selesai bicara.- Ia menjawab apa yang ditanya teman bicaranya, misalnya: . Pada pertanyaan : "Apakah engkau akan menggunakan jaket? "ia menjawab : "Tidak saya merasa cukup hangat". Jawaban ini cocok denganpertanyaannya. . Seorang anak bercerita bahwa saat berulang tahun ia diajakberenang oleh orang tuanya, temannya bereaksi: "Tadi pagi saya melihatanjing besar sekali?"Reaksi ini sesuai dengan apa yang menjadi topicbicara. . Kita bertanya pada anak kita: "Apakah engkau sudah mengikattali sepatumu?" Lalu dijawab oleh anak kita: "Saya baru saja makan eskrim." Jawaban ini secara Pragmatik menjawab tidak pada konteks yang benar.Mieke Pronk-Boerma juga membagi periode perkembangan bicara menjadi periodepra-verbal dan periode verbal. Periode pra verbal menurutnya merupakanperiode yang sangat penting, yang dibaginya menjadi:


- minggu ke 0 – 6 : menangis
- minggu ke 6 hingga bulan ke 4 : vokalisasi : ah, uh
- bulan ke 4 – 8 : babbling atau mengoceh (bunyian vocal terusmenerus), misalnya: gagaggagagag….aaaaaa,…..tatatatatatata.Pada periode ini bunyi bahasa ibu juga diproduksinya.


Si anak juga akanmengikuti apa yang ibu ucapkan, sambil ia mengikuti ucapan ibu ataupengasuhnya, segera ia akan mengucapkan papa, mama. Seorang bayi yang tuli,juga akan melakukan babbling ini, tetapi kemudianakan berhenti di usianya yang ke 8 -9 bulan.

- Bulan ke 8 – 12:

social babbling, yaitu mengoceh dengan cara dimanapola bunyian dari sekitarnya akan diambil alihnya, ia juga akan melakukanimitasi pola bunyian kalimat. Pola bunyian yang tidak termasuk dalam bahasaibu akan segera hilang. Kemudian anak akan mendengarkan, mengoceh danmengikuti, terus menerus hingga terjadilah pemahaman terhadap kata-kata, danpenggunaan kata-kata; pemahaman kata akan dengan sendiri kemudiandiucapkannya.

Dalam periode ini muncul bentuk yang disebut echolalia yaitusi anak hanya mengulang apa kata pengasuh tanpa kata-kata tersebut mempunyaimaksud tertentu atau tanpa arti apa-apa.Periode verbal mempunyai beberapa fase yaitu:

- bulan ke 12 – 15 :
yang merupakan fase kalimat dengan satu kata.Misalnya seorang anak mengatakan: "Mobil!" Maksudnya adalah: "Saya mintasebuah mobil!" atau: "Beri saya mobil itu!" atau: "Itu mobil bagus!" dansebagainya. Si anak akan menanyakan nama-nama segala sesuatu dengan caramenunjuk-nunjuk dan dengan cara tertentu ia menyebutkannya kembali. Si anakbelum menyangkal dengan kata, tetapi sudah membuat gerakan menggeleng dengankepala.

- Bulan ke 15 - 2 tahun:

fase kalimat dengan dua kata.Seorang anak usia dua tahun biasanya sudah mempunyai 270 kata. Ia jugabertanya dengan intonasi bertanya. Ia mulai menyangkal dengan kata-kata.Banyak kata-kata yang masih terpotong , misalnya "minum" menjadi "minum".

-Usia 2 – 3 tahun:
yang merupakan fase kalimat dengan banyakkata. Kalimat terdiri dari kata benda dan kata kerja. Apa yang diucapkanlebih kepada arti atau maksud kalimat yang diucapkan, namun belum dalambentuk kalimat yang benar. Tetapi dalam usia ini daftar kata yang dimilikiakan meningkat dengan pesat. Suku kata akan diucapkan dengan lebih baik. Iajuga mulai menggunakan bentuk kamu-dan saya. Kadang ia masih menggunakanbentuk –kamu jika berkata pada dirinya sendiri. "Mana bonekamu? " padahalmaksudnya: "Dimana boneka itu saya taruh?"

-Usia 3 – 4 tahun:
si anak akan banyak mengerti berbagai hal, danbanyak bercerita. Ia juga sudah bisa mengucapkan bunyian berbagai hurufkecuali /s/l/r. Juga masih ada beberapa kesalahan dengan pengucapan katasambung, tetapi sudah bisa berbicara dengan aturan sebuah kalimat termasukurutan kata, imbuhan, dan pemotongan kalimat. Kata jamak juga bisadibentuk. Seringkali masih ada kata-kata yang diulang –ulang karena berpikirbaginya lebih cepat daripada mengucapkan kalimat. Nampaknya seperti seoranganak yang gagap, tetapi sebetulnya bukan.

-Usia 4 – 6 tahun:
Di usia enam anak-anak ini akan semakin baikmengucapkan berbagai huruf, juga untuk huruf-huruf yang sulit seperti s danr. Ia juga semakin membaik dengan aturan pembuatan kalimat, termasuk jugapenggunaan kata penghubung: dan, tapi, atau,karena, sebab… dlsb. Dalam usia ini anak juga mulai dengan menyampaikanpemikiran dari abstraksinya.
Dicuplik dari: Mieke Pronk-Broerma, Logopedie voor onderwijs gevenden(1994).

Friday, April 13, 2007

Reaksi Emosi Bayi

SEPERTI APA, SIH, REAKSI EMOSI PADA BAYI

Jangan salah, bayi pun bisa menunjukkan emosinya. Entah yang baik maupun tidak. Asalkan ditangani dengan baik, reaksi emosi yang jelek tak bakalan menetap hingga besar.
Sering, kan, melihat bayi menangis kala ia lapar. Sebelum diberikan susu, ia tak akan berhenti menangis, bahkan tambah keras. Tapi bila kebutuhannya segera dipenuhi, akan berhenti tangisnya.
Nah, menangis pada bayi, selain sebagai salah satu bentuk komunikasi prabicara untuk memberitahukan kebutuhan/keinginannya, juga untuk menunjukkan reaksi emosinya terhadap suatu keadaan yang tak menyenangkan. Reaksi emosi bayi yang demikian, menurut Dra. Dewi Mariana Thaib, sebetulnya masih wajar, karena si bayi bereaksi terhadap suatu keadaan yang tak menyenangkan, yaitu lapar. "Hanya saja, kalau reaksinya berlebihan, semisal menangis terus, meski sudah diberikan susu, berarti ada sesuatu pada dirinya. Apakah dia sakit atau ada suatu kelainan pada sarafnya," terang psikolog dari RS Bunda, Jakarta ini.
Sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui dan mengenal reaksi emosi bayinya. Sebab, reaksi emosinya ini akan berpengaruh pula nantinya pada kehidupan si anak, terutama pada penyesuaian pribadi dan sosialnya. "Di usia satu tahun pertama ini, bayi sedang beradaptasi dengan udara, makanan, dan lingkungan sekitarnya. Di usia ini pulalah emosinya mulai berkembang." Itulah mengapa, orang tua harus memperhatikan betul kebutuhan fisik dan mentalnya, sampai sekecil apa pun.

DAPAT DIBEDAKAN
Pada awalnya, terang Dewi lebih lanjut, saat lahir, reaksi emosi bayi masih sederhana, yaitu hanya mengungkapkan emosi kesenangan dan ketidaksenangan. "Ia akan bereaksi senang bila kebutuhan menyusunya terpenuhi, dengan mengeluarkan suara yang tampak puas. Sebaliknya, ia akan bereaksi tak senang dengan menangis bila popoknya basah."
Yang pasti, pada bulan-bulan pertama, ia tak memperlihatkan reaksi secara jelas, yang menyatakan keadaan emosinya yang spesifik. Misal, marah. Semua rasa ketidaksenangan akan diekspresikan dengan tangisan. "Nah, pada bulan-bulan pertama ini, respon orang tua terhadap bayi pun akan berpengaruh nantinya. Misal, jika pemberian susunya terlambat sementara bayi sangat lapar atau popoknya basah didiamkan saja, maka bayi akan merasa tak nyaman. Meski dia hanya bisa bereaksi dengan menangis, tapi bibit-bibit emosi rasa kecewa dan marah mulai timbul."
Mulai usia dua bulan bayi bisa bereaksi tersenyum bila dirinya merasa senang atau gembira. Usia tiga bulan mulai bisa bereaksi dengan mengeluarkan bunyi-bunyi yang mengungkapkan kekesalan, bila dirinya kesal atau marah, semisal, dia tak bisa menggapai mainannya. Kadang juga diungkapkan dengan tangisan dan jeritan.
Usia 6-9 bulan sudah mengenal rasa takut. Bukankah saat itu ia sudah mengenal orang-orang di sekitarnya? Hingga, kalau ia ditinggal oleh orang tuanya, ia akan merasa takut dan mulai mengeluarkan suara-suara ketakutan atau menangis.
"Pokoknya, makin usia bayi meningkat, reaksi emosinya makin dapat dibedakan dan bertambah. Sebab, sejalan dengan bertambahnya umur dan semakin matangnya sistem saraf serta ototnya, bayi pun mengembangkan berbagai reaksi emosinya." Misal, kalau di usia 2 bulan emosi kegembiraannya diungkapkan dengan tersenyum saja, maka makin lama dia bisa mengekspresikan kegembiraannya dengan mengeluarkan suara-suara ataupun tertawa kala diajak bicara oleh orang tuanya. Bahkan, ketika dia sudah bisa jalan dan berlari, bila ada timbul rasa gembira, dia bisa melonjak-lonjak atau berlari-lari.
Demikian pula dengan emosi takut. Biasanya bayi takut dengan kamar gelap, binatang, berada sendirian, serta orang yang asing baginya. Mungkin awalnya, kalau takut ia hanya bereaksi dengan menangis. Seolah dirinya tak berdaya dan seperti meminta tolong. Makin bertambah usia dan motoriknya pun berkembang, ia bisa bersembunyi di balik tubuh ibunya atau memeluk ibunya, menarik selimut untuk menutupi wajahnya, atau berlari menghindar dari sesuatu yang membuatnya takut.
Akan halnya rasa marah, misal, di usia 6-­9 bulan, kala bayi sudah bisa melempar benda atau menghentak-hentak kakinya, ketika emosi marahnya terangsang, bisa saja reaksinya dengan melempar. Ketika reaksi tersebut dirasa menyenangkan dan dapat memuaskan emosinya, maka akan diulang kembali. "Nah, untuk mengetahui apakah si bayi memang betul-betul dalam emosi marah atau hanya ingin mencoba-coba melempar benda dalam arti dirinya sedang bereksplorasi, tentunya orang tua harus melihat, apakah memang ada kebutuhannya yang tak dipenuhi atau ada sesuatu yang membuatnya marah ataukah tidak."

MASIH BISA DIUBAH
Jadi, orang tua harus mengetahui dan mengenal reaksi emosi bayinya, entah yang baik maupun tidak. Jangan sampai, reaksi emosi yang jelek berlanjut sampai si bayi besar. Pasalnya, nanti anak akan belajar menggunakan reaksi ini sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Apalagi di masa-masa emosi sulit, yaitu usia 0 hingga balita. Bukankah tak jarang kita lihat, anak kecil yang kalau marah tiduran di lantai, duduk menghentak kaki, memukul, atau melempar segala macam benda?
"Sebetulnya, bila baru berusia sampai setahun, emosi bayi masih bisa berubah karena baru muncul dan baru akan berkembang," kata Dewi. Itulah mengapa, orang tua harus tetap waspada dengan emosi bayinya. "Jika ada reaksi emosinya yang kurang baik, paling tidak, kita bisa menekannya atau meminimalkannya." Dengan kata lain, orang tua harus melatih pengendalian diri anak sejak dini.
Tapi melatihnya harus dengan konsekuen, lo. Misal, bila bayi ingin minum susu dan menangis tak sabar, maka ibu harus segera meresponnya. Kalaupun harus membuatkan dulu susu botol, maka buatlah di dekat si bayi sambil mengajaknya bicara. Misal, "Iya, sabar, ya, sayang. Ini Ibu sedang buatkan susunya. Ibu tahu, kok, kalau Adek lapar."
Bila si bayi sudah bisa merangkak dan kita lihat tampaknya dia kesal karena sulit menggapai mainan yang diinginkan, maka kita bantu untuk memudahkan dengan cara mainannya didekatkan. Ketika dia sudah bisa meraihnya, kita beri pujian, "Hore! Pintar anak Mama. Capek, ya? Ayo, kita duduk dulu."
Begitu juga kalau si bayi sudah mulai banyak motoriknya, seperti bisa jalan atau lari. Bila reaksi marahnya dengan cara fisik, seperti menendang, melempar, atau memukul, maka kita harus selalu memberi pengertian. "Kalau kamu marah, tidak boleh seperti itu. Nanti kaki kamu jadi sakit kalau menendang kursi itu. Kenapa kamu marah? Bilang, dong, sama Ibu." Jadi, anak dilatih untuk dapat mengendalikan fisiknya. Hingga nantinya kalaupun dia marah, mungkin tak sampai bereaksi berbahaya dengan fisiknya. Mungkin hanya mimik mukanya saja yang tampak memerah.
Menurut Dewi, biasanya seiring usia bertambah, reaksi emosi dengan menggunakan gerak fisik/otot makin berkurang. Apalagi ketika anak sudah bisa bicara, maka reaksi emosinya akan diwujudkan dengan reaksi bahasa yang meningkat.

JANGAN BANYAK LARANG
Namun, dalam melatih atau mendidik emosi anak, disarankan tak banyak larangan karena akan menimbulkan rasa takut pada anak. Misal, "Adek, jangan main ke situ, ada kecoa, lo. Nanti digigit!"
Sebetulnya, papar Dewi, usia bayi belum menyadari ada tidaknya bahaya bagi dirinya, tapi karena mimik muka ibunya dan nada suaranya menakutkan, maka mengkondisikan si bayi akan rasa takut. "Larangan boleh saja kalau memang ada yang membahayakan. Kalau tidak, sebaiknya dihindari." Namun, dalam memberitahukannya harus dengan bahasa dan mimik muka yang baik.
Yang jelas, bila sejak bayi dilatih pengendalian emosi dengan baik, maka reaksi emosinya bisa ditanganinya dengan baik pula. Meski mungkin sifat jeleknya tetap ada, tapi tak terlalu menonjol. "Jadi, ini merupakan tindak pencegahan pula dari reaksi emosi negatif yang tak diinginkan."
Ingat, lo, bila tak sejak dini kita melatihnya, maka akan sulit mengubahnya ketika anak bertambah usianya. Bahkan mungkin saja reaksi emosi tersebut akan menetap sampai si anak dewasa. Tentunya kita tak menginginkannya demikian, kan, Bu-Pak?

Dedeh Kurniasih

Merawat kulit bayi

CARA GAMPANG MERAWAT KULIT BAYI DAN BALITA

Berbagai gangguan kulit pada bayi dan balita seperti biang keringat, eksim popok, dan eksim susu sebenarnya bisa diatasi bila orang tua rajin menjaga kesehatan kulit. Caranya dengan rajin mengganti popok, memilih bahan pakaian yang lembut, serta menjaga udara kamar agar tetap sejuk dan nyaman.

Berbeda dengan kulit dewasa yang tebal dan mantap, kulit bayi dan balita relatif tipis dengan ikatan antarsel yang longgar. Karena itu kulit anak lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi. Secara struktural kulit bayi dan balita belum berkembang dan berfungsi optimal sehingga diperlukan perawatan khusus.

Perawatan yang lebih menekankan pada pemeliharaan kulit ketimbang dekorasi ini diharapkan bisa meningkatkan fungsi utama kulit sebagai pelindung dari pengaruh luar tubuh.
Perawatan kulit bayi dan balita bisa dimulai dari kegiatan sehari-hari. Misalnya dengan memandikan secara teratur, membersihkan rambut, dan mengganti popok atau baju pada saat tepat. Mandi misalnya, diwajibkan dua kali sehari, pagi dan sore. Dalam memandikan, perhatikan hal-hal berikut: suhu air disesuaikan dengan umur anak, gunakan sabun bayi yang lunak, gunakan sampo bayi untuk membersihkan rambut, keringkan badan dengan handuk sendiri sampai lipatan kulit, dan berikan bedak dengan sapuan tipis.

Soal pakaian bayi sebaiknya dari bahan lembut dan selalu bersih. Dengan memperhatikan pakaian yang digunakan berarti kita telah berupaya menghindari timbulnya gangguan. Pada sebagian anak penggunaan pakaian berbahan nilon atau wol bisa menimbulkan gatal-gatal di seluruh tubuh. Bahan katun yang gampang menyerap keringat haruslah menjadi pilihan pertama bagi anak berkulit peka.
Pemeliharaan kulit itu bisa dilakukan dengan menggunakan bermacam kosmetika bayi yang beredar saat ini. Sebagian berfungsi untuk membersihkan kulit misalnya sabun dan sampo; melembapkan dan pelindung terhadap sinar matahari seperti losion, krim, dan minyak khusus.
Penggunaan kosmetika berupa sabun, sampo, losion, minyak khusus untuk bayi perlu dipilih yang tepat dan disesuaikan dengan kondisi kulit bayi. Misalnya dengan mencermati zat warna dan bahan-bahan pengawet yang mungkin saja tidak sesuai dengan kulit bayi. Juga apakah pH-nya sesuai dengan kulit bayi.
Memilih dan menggunakan kosmetika pada bayi dan balita secara benar dan tidak berlebihan merupakan langkah utama menjaga kesehatan kulit. Oleh karena itu, banyaknya informasi tentang produk kosmetika bayi dan balita dewasa ini harus lebih dicermati oleh orang tua.

Eksim popok
Selain perawatan kulit rutin, para orang tua perlu memperhatikan perawatan kulit yang berhubungan dengan beberapa penyakit kulit tertentu. Misalnya saja eksim popok, yaitu kelainan kulit yang timbul akibat radang di daerah tertutup popok. Penyakit kulit pada bayi dan balita ini banyak dikeluhkan orang tua.
Penyakit ini umumnya timbul pada lipatan-lipatan kulit paha, di antara kedua pantat, dan dapat menimpa di bagian kulit lain. Bagian tertutup popok mudah mengalami peradangan karena kulitnya hangat dan lembap serta peka terhadap bakteri serta senyawa yang dapat mengiritasinya.
Eksim popok dapat dicegah dengan cara mengganti popok sesering mungkin setiap kali popok basah. Sebaiknya kain popok terbuat dari bahan lembut dan cara pemakaiannya tidak terlalu ketat agar kulit tidak tergesek. Penggunaan celana plastik sedapat mungkin dihindari.
Eksim popok juga bisa muncul karena adanya zat-zat tajam, yang biasa ada dalam faeces bayi, yang menimbulkan peradangan di sekitar anus. Bercak begini umumnya terjadi bila si bayi diare. Penanggulangannya bisa dilakukan dengan mengganti popok setiap kali terasa basah. Usap semua bekas faeces dari badannya, balur dengan krim pelindung. Periksakan ke dokter bila bercaknya belum hilang dalam 10 hari.
Popok yang basah bisa pula menimbulkan bercak yang tidak berpusat di sekitar anus. Ini terjadi karena reaksi antara zat di dalam ompol dengan zat di faeces dan menghasilkan amonia yang merangsang kulit bayi. Penanggulangannya bisa dengan mengganti popok sesering mungkin. Sebelum pemakaian popok usapkan krim pelindung kulit. Bila dalam 10 hari belum ada kemajuan, atau malah makin memburuk, ada kemungkinan kulitnya sudah terinfeksi candida - jamur yang biasa muncul di usus. Dalam hal itu periksakan ke dokter, yang mungkin memberi krim khusus dan juga obat khusus untuk melawan infeksinya.

Soal pilihan penggunaan popok kain atau popok sekali pakai tak jadi soal. Dari segi kesehatan keduanya sama-sama sehat. Yang penting jangan sampai terlambat mengganti. Untuk popok kain tentu harus segera diganti bila terlihat basah. Tetapi untuk popok sekali pakai frekuensi penggantiannya didasarkan atas daya tampungnya. Misalnya dengan melihat apakah popok sekali pakai itu sudah tampak menggelembung atau menggantung. Jika sudah, maka harus segera diganti. Setiap kali akan mengganti popok, bagian pantat bayi dan sekitarnya harus dibasahi. Kemudian bagian tadi dikeringkan, baru diberi bedak.
Sering dianjurkan pemakaian baby oil pada bagian ini, untuk menjaga air seni tidak mudah meresap ke dalam kulit. Tentu saja baby oil ini harus diteteskan lebih dulu pada segumpal kapas.
Pada bayi perempuan, membersihkannya harus dari bagian atas ke arah anus, dengan menggunakan kapas basah. Sedangkan pada bayi laki-laki, dengan menarik kulup perlahan-lahan sehingga lubang kencingnya tampak, baru kemudian dibersihkan dengan kapas basah.
Keluhan gangguan kulit lain pada anak yang banyak ditemui adalah dermatitis atopik (eksim susu). Penting dicatat pula, bahwa dari berbagai penelitian terbukti bukan air susu ibu (ASI) penyebabnya. Bahkan, ASI sendiri mengandung zat pelindung tubuh terhadap alergi dan infeksi. Namun, nama eksim susu telah telanjur melekat sehingga tetap dipertahankan. Sementara istilah kedokterannya adalah dermatitis atopik (eksim di tempat yang tidak biasanya).

Penyakit eksim susu biasanya sangat gatal. Tampak dari seringnya bayi menggaruk, gelisah, serta rewel. Kulit terlihat kemerahan dan terdapat gelembung-gelembung kecil berisi cairan jernih. Bila pecah akan tampak basah kemudian mengering dan menjadi koreng kekuningan atau kehitaman. Eksim ini terdapat pada kulit daerah tertentu sesuai dengan usia anak. Misalnya pada bayi banyak ditemukan di daerah pipi, sedangkan pada anak di daerah lekukan lengan dan kedua lekukan lutut. Di luar daerah tersebut kulitnya kering dan bersisik.
Penyebab penyakit ini sangat kompleks, dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam tubuh, yaitu faktor keturunan, maupun lingkungan, misalnya debu, udara panas, dan kelembapan. Karena itu perawatan kulit yang paling penting adalah mencegah kulit agar jangan kering.

Biang keringat
Biang keringat juga merupakan keluhan umum yang sering ditemukan pada bayi dan balita. Biang keringat atau sering disebut juga keringat buntet timbul di daerah dahi, leher, dan bagian tubuh yang tertutup pakaian. Gejala utama adalah gatal, dapat disertai kulit kemerahan dan gelembung berair kecil-kecil. Penyakit ini biasa kambuh berulang, terutama bila udara panas dan berkeringat, sehingga menimbulkan masalah pada bayi, balita, maupun orang tua. Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan rutin, misalnya mandi dengan teratur dan membasuh anak yang berkeringat dengan lap basah sebelum dikeringkan dan diberi bedak.
Seringkali terjadi bintik-bintik merah (ruam) pada leher dan ketiak bayi. Keadaan ini disebabkan oleh peradangan kulit pada bagian tersebut. Bisa disebabkan karena bagian ini tidak kering betul ketika dilap dengan handuk sehabis memandikannya. Apalagi jika si bayi gemuk, sehingga leher dan ketiaknya berlipat-lipat.

Ruangan dengan ventilasi udara cukup sangat dianjurkan, terutama di kota-kota besar yang panas dan pengap. Usahakan kamar balita diberi jendela lebar sehingga pertukaran udara dari luar ke dalam ruangan lancar. Dari kasus-kasus biang keringat pada bayi dan balita, hampir 70% nya bisa diatasi bila pergerakan udara dalam ruangan lancar sehingga kamar terasa sejuk.
Lepas dari soal kesehatan, perawatan kulit pada bayi dan balita sebenarnya mengekspresikan rasa cinta orang tua kepada buah hatinya. Sentuhan mereka akan sangat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental seorang anak.
(G. Sujayanto)

Manajemen ASI Bagi Ibu Bekerja

Seringkali ibu-ibu bekerja mengalami dilema antara ingin memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dengan memberikan susu formula. Dengan alasan yang klasik ibu-ibu bekerja memilih untuk memberikan susu formula kepada bayinya.
Disini diuraikan mengenai bagaimana kita dapat mengelola ASI dengan berbagai jenis alat bantu. Dengan sedikit bersusah payah kelak ibu dan anak dapat memperoleh manfaat yang besar. Memeras ASI bermanfaat untuk:
memberikan makan BBLR
menghilangkan bendungan
menjaga pasokan ASI saat ibu sakit
meninggalkan ASI untuk bayi saat ibu pergi atau bekerja
menghilangkan rembesan ASI

A. Memeras ASI dengan tangan
Semua ibu harus belajar memeras ASI. Ibu dapat mulai belajar selama kehamilan dan dapat menerapkannya segera setelah melahirkan. Memeras dengan tangan tidak memerlukan alat bantu sehingga seorang wanita dapat melakukannya dimana saja dan kapan saja. Memeras dengan tangan mudah dilakukan bila payudara lunak. Lebih sulit lagi bila payudara sangat terbendung dan nyeri.

B. Cara memeras ASI dengan tangan
Siapkan cangkir, gelas atau mangkuk yang sangat bersih. Cuci dengan air sabun dan keringkan dengan tissue/lap yang bersih. Tuangkan air mendidih ke dalam cangkir dan biarkan selama beberapa menit. Bila sudah siap untuk memeras ASI, buang air dari cangkir.
Cuci tangan dengan seksama
Letakkan cangkir di meja atau pegang dengan satu tangan lain untuk menampung ASIP.
Badan condong ke depan dan sangga payudara dengan tangan
Letakkan ibu jari sekitar areola di atas puting susu dan jari telunjuk pada areola di bawah puting susu.
Pijat ibu jari dan telunjuk ke dalam menuju dinding dada.
Sekarang pijat areola di belakang puting susu di antara jari dan ibu jari. Ibu harus memijat sinus laktiferus di bawah areola.
Tekan dan lepas, tekan dan lepas. Pada mulanya tidak ada ASI yang keluar, tetapi setelah diperas beberapa kali, ASI mulai menetes. ASI bisa juga memancar bila refleks pengeluaran aktif.
Peras areola dengan cara yang sama dari semua sisi agar yakin ASI diperas dari semua segmen payudara.
Jangan memijat puting susu itu sendiri. Jangan menggerakkan jari sepanjang puting susu. Menekan atau menarik puting susu tidak dapat memeras ASI. Ini merupakan hal yang sama terjadi bila bayi mengisap dari puting susu saja.

* Memeras ASI untuk BBLR atau bayi sakit Ibu harus memeras sebanyak mungkin ASI setiap kali bayi perlu disusui. Bagi BBLR adalah 8 kali atau lebih sehari. Penting untuk memeras sesering dan sebanyak mungkin untuk mempertahankan pasokan ASI. Bila ibu memeras ASI lebih banyak daripada yang diperlukan bayi, ASIP dapat diberikan bagi bayi lain yang ibunya tidak dapat memeras cukup, atau berikan pada BBLR yang ibunya belum keluar ASI.
* Untuk mempertahankan pasokan ASI saat ibu atau bayi sakit Ibu harus memeras ASI sebanyak dan sesering mungkin yang diinginkan bayi. Berikan pada bayi bila mungkin.
* Menghilangkan bendungan Peraslah sesering dan sebanyak mungkin yang diperlukan agar payudara tetap nyaman dan menjaga kelenturan puting susu bagi isapan bayi. Beberapa ibu mungkin perlu memeras setiap kali sebelum menyusui. Pada ibu yang lain mungkin hanya perlu memeras satu atau dua kali sehari. Beberapa ibu mendapatkan bahwa kompres hangat atau pijatan lembut membantu ASI mengalir.
* Menghilangkan penetesan ASI Memeras ASI cukup banyak untuk mengurangi tekanan pada payudara. Tidak perlu untuk memeras ASI banyak sekali.

C. Pompa listrik
Pompa listrik ASI lebih efisien dan cocok bagi pemakaian di rumah sakit. Tetapi, semua pompa mudah membawa infeksi. Hal ini sangat berbahaya bila lebih dari satu ibu menggunakan pompa yang sama.

D. Cara botol hangat
Ini merupakan teknik yang bermanfaat untuk menghilangkan bendungan, terutama bila payudara sangat nyeri dan puting susu tegang.Cara menggunakan teknik botol hangat adalah:- Cari botol besar (misalnya berukuran 1 liter, 700 ml, atau 3 liter) dengan leher lebar (bila mungkin).- Mintalah keluarga untuk memanaskan sejumlah air dan isilah botol dengan air panas. Biarkan beberapa menit, untuk menghangatkan kaca botol.- Bungkus botol dengan kain dan buang air panas.- Dinginkan leher botol dan masukkan ke dalam puting susu sampai menyentuh kulit di sekelilingnya dengan ketat.- Pegang kuat botol tersebut, setelah beberapa menit botol mendingin dan menimbulkan isapan lembut maka akan menarik puting susu.- Rasa hangat membantu refleks pengeluaran, dan ASI mulai mengalir dan mengisap botol. Kadang-kadang bila wanita pertama kali merasa isapan ini, ia akan kaget dan menarik botol. Sehingga harus ditaruh lagi air panas dalam botol dan mulai kembali.- Setelah beberapa saat, nyeri pada payudara berkurang dan memeras dengan tangan atau isapan sudah bisa dilakukan.
(sumber Menolong Ibu Menyusui, F. Savage King)

Makaroni Untuk Bayi

bahan :
- 3 sendok makaroni siku yg udah direbus
- 6 potong apel manis (potong kecil2 biar gampang ngunyah)
- 1/4 pisang ambon, buang urat2nya
- 1 kuning telur rebus- susu formula/ASI secukupnya utk melumatkan kuning telur dan bahan lain
- keju parut utk taburan- jagung manis pipil yg udah dipipihkan (biar gampang ngunyah jg)

caranya: semua bahan dicampur agak ditekan2 dikit kecuali keju utk taburan...gitu deh, gampang kan, kalo mau lbh segar2 dikit, boleh disiram air perasan jeruk sunkist ato jeruk mandarin.

Bolu Kukus Santan

BOLU KUKUS SANTAN
original recipe by Santan Kara Bahan :

500 gr gula pasir
500 gr tepung terigu (cap kunci)
200 cc santan kara
200 cc sprite (ekke sih pake fanta, tambah pewarna rose dikit, jadi bolkusnya nge-pink imut)
6 butir telur
1sdm emulsifier (aku cuma pake 1sdt)
Pasta coklat / padan / mocca secukupnya. (aku gak pake krn males cari)
Vanili secukupnya
Cara Membuat:
- Panaskan kukusan, alasi tutupnya dengan serbet supaya air tidak menetes di adonan. - Campurkan semua bahan dan mixer kurleb 10 menit dengan kecepatan tinggi. Setelah itu beri warna sesuai selera.

- Tuang ke cetakan sampe 3/4 cup.

- Kukus kurleb 10 or 15 menit. (10 menit paling oke)

tip :
1. semua bahan (kecuali fanta) dicampur sekaligus, lgs mixer kecepatan tinggi... kalo udah mengembang, masukin fanta sedikit demi sedikit tapi mixer jangan dimatikan

2. air di kukusan harus bener2 mendidih. kalo belom mendidih, cetakan gak boleh masuk

3. masukin cetakan ke kukusan gak usah terlalu banyak dan posisinya jangan terlalu deket ke tepi kukusan (maksimal 8 cetakan sekali masuk) hasilnya, bolkus lembut dan tertawa renyah :-)

Coretan Ayah uuhhh


Ini coret2 an ayah waktu mama lagi sebel sama ayah..., ayah ngapaenn juga pake kirim email kaya gini.., btw.. i love u :k

Dear Hani Sayang.... Ayah jadi lamu deh...... inget jaman caparan dulu hik....100x.. So Romantic Booooo.. Sebetulnya Ayah juga minta Maaf (in Deep My Heart Darling..)..kalo belakangan ini suka galak.. cepat marah...tapi dibalik itu..... KA'U SAMIH YASANG MAMA SO MUCH. Mudah2 an badai pasti berlalu..cobaan,tantangan,rintangan,hambatan Insya Allah kita lalui bersama dalam ikatan kasih sayang... Demi kita dan Hadin Daniswara. ILU IMU

LIMA KEBUTUHAN DASAR PASANGAN

Dalam menjalin hubungan dengan pasangan kita, kadang kita merasa dan berpikir bahwa kita secara otomatis telah memenuhi kebutuhan pasangan kita. Padahal….Sebagian besar dari kita berasumsi bahwa kebutuhan kita adalah kebutuhan pasangan kita juga. Kemudian di akhir cerita kita baru sadar bahwa ternyata wanita dan pria punya kebutuhan yang jauh berbeda dalam sebuah hubungan. Dari kurang lebih 700 pasangan yang diwawancarai oleh sepasang konselor pernikahan bernama Gary and Barbara Rosberg, mereka menemukan daftar 5 hal yang paling dibutuhkan oleh pria dan wanita dalam sebuah pernikahan.
Hal nomor satu yang paling dibutuhkan oleh wanita ialah DICINTAI TANPA SYARAT. Hanya Tuhan yang mampu memenuhi kebutuhan ini. Karena itu, satu hubungan harus berdasarkan kasih Tuhan yang sejati, agar hal ini bisa terpenuhi.Jika ini adalah hal pertama yang dibutuhkan oleh wanita, lalu apa yang paling dibutuhkan pria? Ternyata pria pun memiliki kebutuhan yang sama persis. Didalam hubungan, mereka butuh untuk dicintai tanpa syarat dan diterima seutuhnya dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka. Pria butuh diterima tanpa perlu banyak dihakimi atau dikritik.
Hal nomor dua yang paling dibutuhkan oleh pria ialah KEINTIMAN SEKSUAL. Terkejut? Jangan. Ini memang kebutuhan mendasar dan alamiah dari setiap manusia tertutama pria. Kebutuhan nomor dua wanita juga ada hubungannya dengan keintiman. Namun ada yang berbeda. Jika keintiman yang pria maksud dapat dieja dengan 4 kata yaitu “s-e-k-s”, keintiman yang wanita maksud ialah KEINTIMAN EMOSIONAL yang dapat dieja dengan “b-i-c-a-r-a”. Karena itu setiap pasangan harus bisa pintar-pintar saling memberi dan menerima dalam kebutuhan nomor dua ini. Pria butuh disentuh , sedangkan wanita butuh untuk selalu berkomunikasi dan berbagi dengan pasangannya. Inilah saatnya untuk menyadari bahwa wanita dan pria memang diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain.
Hal nomor tiga yang paling dibutuhkan oleh wanita ialah KEINTIMAN SPIRITUAL. Hubungan dengan pasangan harus tercipta bukan hanya secara daging, tapi secara spiritual juga. Jika ini tercipta, maka pasangan yang menikah akan bisa setia terikat selamanya dengan Tuhan sebagai penyatu. JIka ini terjadi, maka dalam menghadapi masalah seberat apapun dimana manusia sudah kehabisan akal dan kehabisan cara untuk menghadapinya, maka Tuhanlah yang akan bertindak. Keintiman spiritual seperti ini juga menjadi kebutuhan oleh pria namun ada di posisi nomor lima.
Hal nomor empat yang sama-sama dibutuhkan oleh pria maupun wanita ialah DORONGAN dari pasangannya. Ternyata mengetahui bahwa pasangan kita adalah orang yang akan selalu memberi motivasi dan dorongan terbesar untuk kita adalah kebutuhan yang penting.
Hal nomor lima yang paling penting bagi wanita ialah PERSAHABATAN. Bagi pria, hal ini adalah nomor tiga terpenting dalam hidup mereka. Bukankah sangat menyenangkan jika pasangan kita merupakan sahabat kita yang terdekat pula? Teman curhat terbaik, orang yang paling bisa dipercaya, orang yang paling mengerti dan orang yang paling bisa diandalkan dalam segala hal dan setiap waktu. Bagi pria terutama, memiliki teman adalah hal yang sangat penting. Banyak pria yang kadang memilih teman ketimbang pasangan mereka. Alangkah baiknya jika pasangan mereka dapat berperan sebagai teman terbaik mereka.
Itulah 5 hal yang paling dibutuhkan oleh pria dan wanita dalam pernikahan. Dan sebagai tips terakhir, sesibuk apapun aktivitas anda setiap hari sebagai individu, sempatkan waktu minimal 15 menit untuk berpisah dari lingkungan ramai bahkan dari anak-anak sendiri untuk menghabiskan waktu berkualitas berdua saja! Suami bisa memeluk dan mencium istri sambil mendengar (ingat, mendengar saja cukup, tidak perlu sampai berusaha menyelesaikan masalah), dan istri pun bisa memberi kehangatan yang dibutuhkan suaminya. Saling mengerti, saling memahami.

Wednesday, April 11, 2007

ULTA PERNIKAHAN 12 FEBRUARI


12 Februari 2007, hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-4, ucap syukur dan bahagia kami panjatkan kepada Allah SWT, seorang anak laki laki telah dianugerahkan kepada kami, setelah liku liku penantian kami lewati. Saat pernikahan berjalan berbulan-bulan, aku belum juga hamil, yang akhirnya kami baru mengetahui ada kista di indung telur ku kanan dan kiri, 7,6 cm dan 8,2 cm, saat itu Februari 2004, Lututku lemas, tak ada semangat dan kehilangan gairah hidup :'-( Ooh Tuhan , mungkin ini cobaan buat kami. Aku sangat bersyukur suamiku selalu memberi semangat "ma, kalau mau punya anak , ya mama harus dioperasi, masa sih ada yang menghambat kok sayang dibuang..?".
Operasi ku jalani, pengobatan demi pengobatan aku lalui, kunjungan ke dokter, aku sudah lupa berapa kali, akhirnya Allah memberi kesempatan kepadaku , Aku dinyatakan hamil pada februari 2005, dan September, buah hati kami lahir sehat dan selamat, bahagianya aku melihat suamiku tersenyum... :-}
Kini putra kami telah 1,5 tahun, Syukur tiada terkira atas apa apa yang kami dapat...